“Ssssh!” Part 3

Bisa dirasakannya kegugupan gadis di hadapannya itu. Wajahnya yang semerah tomat, nafasnya yang sedikit tidak teratur. Gilbert tersenyum lebar. Tidak, bukannya dia puas menggoda. Hanya saja melihat seorang gadis salah tingkah itu sangat menghibur.

Seharusnya semua orang tahu, tak ada hal yang gratis di dunia ini. Begitu pun dengan kasih sayang. Sesungguhnya, yang seharusnya dibalas dengan kasih sayang juga. Yang Gilbert ketahui hanya kasih sayang ibunya lah yang tak perlu berbalas. Meskipun Gilbert sudah sangat bengal terhadap ibunya, toh ibunya tetap mencintainya.

Apalagi setahun yang lalu saat dia tidak naik kelas. Hampir saja ibunya menyuruhnya pindah ke sekolahmuggle saja. Takut kalau-kalau dunia sihir tak cocok untuknya, karena tak bisa dipungkiri bahwa dirinya bukan Lea. Ah, gadis di hadapannya juga tak akan tahu bahwa dia seharusnya sudah kelas tiga.

Dahinya mengernyit karena jawaban gadis itu, tidak bisa memenuhi permintaan Gilbert karena dirinya bukan seorang puteri? Gilbert tahu ada beberapa gadis yang merasa tak pantas dianggap sebagai seorang puteri. Tapi dia tahu, tak ada gadis yang tak senang jika diperlakukan layaknya seorang puteri kerajaan.

Maka dari itulah, sekarang Gilbert berlutut, kepalanya mendongak memandang gadis manis itu. Tangannya meraih telapak tangan kanan gadis itu dan mengecupnya lembut.

“Tapi semua gadis adalah seorang puteri untukku, Nona Manis,” ucap Gilbert sambil masih menggenggam tangan mungil tersebut.

Leave a comment