Menurut ternyata dia. Si Rainriver muda itu pada tawarannya untuk duduk di jendela yang menghadap ke danau hitam. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, pepatah bilang. Hela nafas lagi. Sepertinya hal itu jauh membuatnya lebih tenang daripada mengelus-elus dadanya.
“Bagaimana? Cukup mengagumkan bukan?” tanya Gilbert sambil masih melemparkan tatapannya jauh ke arah permukaan Danau Hitam.
Ah…
Gilbert mengernyitkan dahinya kembali. Kedua alisnya bertautan seperti orang yang sedang memikirkan jawaban ujian sejarah sihir. Peta harta karun dia bilang. Bukannya Gilbert tidak percaya pada cerita macam itu, hanya saja pemuda itu tampak sangat polos ketika menjawab pertanyaannya.
Pandangannya masih menatap rambut pirang Rainriver sambil mengangguk pelan tanda menyetujuinya, “Mungkin… kau benar.” Karena Gilbert menganggap pemandangan itulah harta karunnya.
Sekarang kepalanya disandarkan lagi pada daun jendela, pandangannya menatap lurus Rainriver dan bertanya jenaka, “Darimana kau dapatkan peta harta karun itu?”
Iseng. Barangkali harta karun itu benar-benar ada, bisa saja Gilbert ikut merasakannya.