Whoa, whoa. Ternyata Azel memang menggerutu gara-gara tugas esai yang diminta Gilbert. Padahal dia hanya menggoda saja, kalau memang tidak mau membantu ya sudah sih. Tidak memaksa. Gilbert pun tahu, rahasia yang tadi diceritakan gadis itu tak pantas jika harus diumbar-umbar pada orang lain. Dia hanya tersenyum mengalah, “Oke, kau memang pelit sih.” Nah, yang keluar kenapa ejekan lagi? Kemudian tawanya menyusul kata-kata itu.
“Kurang baik apa aku menjaga rahasiamu Azel?” Gilbert menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak bisa memahami kebaikan yang baru saja ditawarkan pada Azel. Meskipun kebaikannya datang dengan sedikit ancaman sih. Haha. “Ya sudah, terserah kau mau menutup mulutku menggunakan tugas yang mana. Terserah saja.”
Gadis itu mengingat janjinya kepada seseorang, terlihat sedikit menyesal. Hal itu memancing senyumnya terukir pada wajah Gilbert. “Lain kali kau bisa bercerita padaku tentang hal yang mengganggumu,” ujar Gilbert sambil menunjuk telinganya. Azel segera menuruni tangga dan sedikit berteriak bahwa dia siap membantu Gilbert kapanpun, cukup ucapkan saja waktunya ya. Hal yang praktis.
“Telingaku juga tersedia kapanpun, Azel!” teriak Gilbert membalas gadis Hufflepuff yang sudah menghilang dari pandangannya itu.
FIN