Baru kali ini Gilbert melihat wajah kakaknya memerah seperti tomat. Well, kesempatan yang bagus karena jarang sekali Lea mempunyai kelemahan.
“Bagaimana aku bisa tahu? Ckckck, aku kan detektif Lea…” Gilbert sengaja menggoda kakaknya. Bibirnya berusaha terkatup rapat supaya tidak tertawa terbahak-bahak namun gagal. Berikutnya Lea mengancam jika dia menyebarkan rahasianya.
“Eh? Kalian kan tidak pacaran? Kenapa harus bingung?” Gilbert menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Santai saja Lea, aku tak tertarik dengan kehidupanmu kok—kecuali jika kau menggangguku nanti di sekolah. Heh.” Gilbert sedikit mengancam balik kakaknya. Dan hasilnya adalah Lea menyumpahinya supaya membusuk di Gryffindor. Well, tak masalah toh itu memang keinginannya dari awal.
Lea segera pamit tidur, mungkin mood-nya memburuk gara-gara ancaman Gilbert. “Enak saja, aku juga ingin tidur, dasar cerewet.”
Gilbert segera menyandarkan kepalanya dan segera terlelap dalam beberapa detik kemudian.