It Won’t Be Long Part End

Baru kali ini Gilbert melihat wajah kakaknya memerah seperti tomat. Well, kesempatan yang bagus karena jarang sekali Lea mempunyai kelemahan.

“Bagaimana aku bisa tahu? Ckckck, aku kan detektif Lea…” Gilbert sengaja menggoda kakaknya. Bibirnya berusaha terkatup rapat supaya tidak tertawa terbahak-bahak namun gagal. Berikutnya Lea mengancam jika dia menyebarkan rahasianya.

“Eh? Kalian kan tidak pacaran? Kenapa harus bingung?” Gilbert menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Santai saja Lea, aku tak tertarik dengan kehidupanmu kok—kecuali jika kau menggangguku nanti di sekolah. Heh.” Gilbert sedikit mengancam balik kakaknya. Dan hasilnya adalah Lea menyumpahinya supaya membusuk di Gryffindor. Well, tak masalah toh itu memang keinginannya dari awal.

Lea segera pamit tidur, mungkin mood-nya memburuk gara-gara ancaman Gilbert. “Enak saja, aku juga ingin tidur, dasar cerewet.”

Gilbert segera menyandarkan kepalanya dan segera terlelap dalam beberapa detik kemudian.

It Won’t Be Long Part 3

“Begitu ya?” Gilbert hanya mengangguk kurang puas karena memang ibunya juga berat melepaskan kakaknya pergi dua tahun lalu. Karena saat itu dia juga ikut mengantar, dan dia tidak bisa memungkirinya.

“Rindu sekolah? Yakin?” Gilbert menanyai Lea dengan setengah menggoda. “Memangnya kau rindu sekolah atau rindu pacar barumu Lea?” tanya Gilbert sambil terkikik. Pemandangan yang dilihatnya saat mereka di kedai es krim membuatnya kaget. Karena bagaimana bisa seorang pendiam seperti Lea bisa mempunyai cowok?

“Eh? Jadi aku tak bisa menentukan keinginanku ya berada di asrama mana?” Gilbert sedikit cemberut. “Tapi jika aku memang tak pintar dan rajin, tentu saja tak akan masuk Ravenclaw kan?” Mungkin dia masuk Gryffindor. Sepertinya lebih menyenangkan.

It Won’t Be Long Part 2

Kompartemen yang dilewatinya sudah ramai dengan anak-anak seumurannya yang sudah bercanda tawa dan juga memakan berbagai macam makanan sihir di dalamnya. Gilbert masih harus berjalan lebih jauh lagi supaya menemukan dimana kakaknya duduk. Dimana sih gadis cerewet itu duduk? Kenapa masih belum ketemu? Gilbert menggosok-gosok rambutnya tanda kebingungan.

Ah, rambut hitam panjang berkuncir kuda khas Lymsleia Reinbach. Gilbert memasuki kompartemen kakaknya dan disambut dengan cercaan dari bibirnya. “Lama? Mum terlalu menyayangiku mungkin? Sepertinya susah melepaskanku pergi.” Gilbert terkekeh pelan. Bukan salahnya jika memang ibunya terlalu sayang padanya.

Gilbert duduk di depan kakaknya, menghadap ke jendela dan melambaikan tangan pada ibunya yang masih berdiri di peron menanti keberangkatan kereta. Lea menawarkan Cokelat Kodok di pangkuannya, ingin membagi kesusahan permen cokelat kurang ajar itu bukan hal bagus menurutnya. “Tidak, aku tak akan memakan permen bodoh macam itu.”

“Umm, Lea bagaimana caranya supaya aku tak masuk Ravenclaw ya?” iseng-iseng bertanya. Mungkin saja dia bisa mengorek pikiran dari seorang Ravenclaw dan memikirkan kebalikannya supaya tidak dimasukkan ke asrama gagak.

It Won’t Be Long Part 1

Mum masih sedikit keberatan untuk berpisah dengan Lea. Meskipun dirinya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya untuk segera bersekolah di Hogwarts. Setelah Mum memeluk Lea sekarang gilirannya dihujani peluk dan cium ibunya. Maklum, masih sebelas tahun, pasti Mumkeberatan kalau kedua anaknya tak ada di rumah tahun ini.

“Bye Mum, I love you.”

Gilbert mencium kedua pipi ibunya dan mengangkat kopernya untuk menyusul kakaknya.

“Doakan aku tak seasrama dengan Lea ya Mum.”

“Itu tergantung dengan topi seleksi Gil, kalau memang kau dan Lea mirip, apa boleh buat?”

Menurut Gil tak mungkin dirinya menjadi seorang Ravenclaw yang rajin seperti kakaknya. Tak ingin hidupnya lurus-lurus saja tanpa petualangan seperti Lea. Menurutnya itu terlalu membosankan.

Gil masuk ke gerbong yang sama dan mencari kompartemen yang sudah diduduki oleh kakaknya yang ketus itu. Menoleh kembali untuk melihat wajah ibunya, dan tersenyum lebar untuk terakhir kalinya sebelum berangkat ke Hogwarts.