Do You Fancy A Dance with Me? Part 3

Gadis mungil di depannya ini bilang bahwa namanya Vivianne Éclair. “Éclair?” Gilbert bertanya sedikit ragu. “Jangan-jangan kau sepupu Azalea?” Azalea adalah gadis Hufflepuff yang dikenalnya di kandang burung hantu waktu awal tahun kemarin.

“Tentu saja boleh,” Gilbert mengangguk senang saat gadis itu memanggil nama kecilnya. “Kau juga kupanggil Vi kalau begitu,” tukas Gilbert membalas panggilannya. Ekspresinya sudah lebih cerah karena Gilbert bisa berlatih dengan seorang gadis sekarang. Meskipun dia gadis acak yang pertama ditemuinya disini, namun itu bukan masalah.

Vi nampaknya tidak tahu ada sebuah Pesta Dansa Musim Gugur yang sebentar lagi diadakan. Meskipun semua temannya sudah heboh membicarakan pesta ini, namun masih ada seseorang yang tidak tahu-menahu tentang pesta ini. Tangan kanannya menepuk kepala Vi pelan, “Iya, Pesta Dansa Musim Gugur. Disini.” Gilbert berusaha menjelaskan seminimal mungkin. “Kau tidak bisa dansa?” Hmm… Gilbert menggaruk-garuk kepalanya lagi. Bingung.

Kemudian gadis itu bilang mau membantu selama diajari terlebih dahulu. Gilbert mengangguk senang, “Tentu saja Nona.” Gilbert sudah berdiri dan tangan kanannya terbuka menanti sambutan tangan Vi yang terlihat imut. Senyumnya mengulas hangat, “Mari kuajari.”

Do You Fancy A Dance with Me? Part 2

Gadis itu akhirnya berbalik, meskipun dia tampak sedikit kebingungan awalnya, namun akhirnya bisa menemukan sosok Gilbert yang memanggilnya.

“Tentu saja aku memanggilmu,” ucapnya senang karena ternyata langkah anak itu terhenti. Gilbert yang memang termasuk tinggi diantara anak seusianya segera mundur satu langkah dan membungkukkan badannya untuk memandang lurus gadis itu.

“Oh, jadi namamu Vianne ya Nona Kecil,” sapanya sambil mengangguk paham, tentu maksudnya kecil bukan hanya dari umurnya, tapi dari tinggi badannya juga. Imut sekali. “Namaku Gilbert Reinbach,” sebelum mengundang gadis itu sebagai teman latihan dansanya tentu dia harus memperkenalkan diri terlebih dahulu.

“Vianne, mau membantuku berlatih dansa?” tanya Gilbert sambil menaikkan alisnya, “…tapi kalau tidak mau tak masalah sih.” Gilbert menutup tawarannya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Do You Fancy A Dance with Me? Part 1

Hari Sabtu yang cukup cerah di awal musim gugur tahun ini. Gilbert melangkah pelan keluar dari Aula Besar dan sampai di depan aula tersebut. Karena cuacanya cukup cerah, kebanyakan anak laki-laki berada di lapangan quidditch atau di lapangan. Sedangkan anak perempuan mungkin lebih senang di dalam asrama atau perpustakaan, ada yang mengerjakan tugas dan ada yang bermain catur penyihir. Matanya tertumbuk pada dinding tempat Tuan Filch dan kepala sekolah menempel pengumuman tentang peringatan ataupun acara sekolah yang terbaru.

“Pesta Dansa Musim Gugur” Gilbert mengangguk-angguk membaca pengumuman itu, kurang dua minggu lagi sebelum pesta dansa, dan dia belum mempunyai pasangan untuk menghadiri pesta itu. Tentu saja sangat memalukan jika harus menghadiri pesta semacam itu tanpa pasangan bukan? Gilbert menggaruk kepalanya yang tidak gatal perlahan, sambil memikirkan jalan keluar.

Buntu. Entahlah. Meskipun dirinya dan beberapa teman seasramanya sudah berlatih dansa dengan rajin setiap malam sejak pengumuman itu ditempel, namun tetap saja latihan bersama laki-laki rasanya aneh dan kurang lengkap. Seharusnya dia berlatih dengan seorang gadis, mungkin lebih baik jika nanti bisa jadi temannya untuk menghadiri pesta tersebut.

Ditolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencari-cari seseorang. Tentu saja seorang gadis untuk membantunya berlatih dansa. Langkahnya segera dipercepat saat melihat sosok seorang gadis kecil yang melangkahkan kakinya menuju aula besar.

“Hei Nona, maukah kau menolongku?” ucapnya sopan sambil sedikit membungkuk di depan gadis itu untuk menatap matanya. Gilbert melemparkan pandangan mata benar-benar memohon.